CEO Nvidia, Jensen Huang, baru-baru ini membuat pernyataan menarik yang mencerminkan pandangannya tentang masa depan kecerdasan buatan (AI). Dalam sebuah wawancara, ia mengungkapkan bahwa jika ia menjadi mahasiswa saat ini, ia akan memilih untuk mempelajari ilmu fisika dibandingkan dengan coding atau pemrograman. Hal ini bukan hanya pernyataan personal, tetapi mencerminkan tren dan kebutuhan akan pemahaman mendalam terhadap aspek fisik dalam pengembangan teknologi AI yang lebih canggih di masa mendatang.
Mengapa Ilmu Fisika?
Huang menjelaskan bahwa pemilihan ilmu fisika berkaitan erat dengan era baru AI yang dia yakini akan segera hadir. Ilmu fisika memiliki cabang ilmu yang luas, mulai dari studi sistem tak hidup, seperti fisika, kimia, hingga astronomi. Pemrograman, meskipun vital, mungkin tidak cukup untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi oleh para pengembang teknologi di masa depan.
Huang juga mencatat bahwa telah terjadi evolusi signifikan dalam dunia AI selama satu setengah dekade terakhir. Sejak munculnya AlexNet pada 2012, AI modern telah bertransformasi dari AI persepsi menjadi AI generatif yang seperti ChatGPT, yang bisa memahami makna informasi. Ia mengisahkan bahwa saat ini kita berada di era “AI Penalaran,” di mana mesin mampu memahami, memecahkan masalah, dan mengenali kondisi baru yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya.
Gelombang Baru AI: AI Fisik
Jensen Huang memproyeksikan bahwa gelombang berikutnya dalam perkembangan AI adalah “AI fisik.” Ia menggarisbawahi bahwa era ini akan memerlukan pemahaman mendalam tentang hukum fisika, seperti gesekan dan inersia, serta prinsip sebab akibat. Misalnya, dalam konteks robotika, kemampuan untuk memprediksi bagaimana suatu objek akan bergerak atau bagaimana gaya dapat digunakan untuk berinteraksi dengan objek tanpa merusaknya menjadi aspek penting.
Huang percaya bahwa ketika AI fisik ini diintegrasikan ke dalam robot, kita akan mendapatkan “robotika” yang lebih maju. Ini pada gilirannya akan membantu perusahaan teknologi menciptakan agen digital yang dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam berbagai aplikasi, mulai dari produksi industri hingga layanan sehari-hari.
Pernyataan Tentang Masa Depan
Dengan estimasi bahwa dalam sepuluh tahun ke depan, banyak pabrik baru akan dibangun dengan bantuan teknologi robotik, Huang menegaskan pentingnya pengetahuan fisika dalam menciptakan solusi yang efektif. Ia mengatakan, “Ini sangat, sangat penting bagi kami sekarang, karena kami sedang membangun pabrik di seluruh Amerika Serikat.” Pendekatan ini diharapkan dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja yang dialami banyak sektor industri saat ini.
Kompetisi dan Pertumbuhan Nvidia
Nvidia sendiri berkembang secara eksponensial, dengan kapitalisasi pasar mencapai angka US$ 4 triliun, menjadikannya salah satu perusahaan teknologi paling berharga di dunia. Didirikan oleh Huang pada 1993, bersama dengan dua rekannya, Chris Malachowsky dan Curtis Priem, visi dan inovasi Huang terus mendorong perusahaan ke garis depan industri teknologi. Dalam konteks ini, fokus perusahaan pada pengembangan AI fisik menjadi makin relevan, tidak hanya untuk Nvidia, tetapi untuk keseluruhan industri teknologi.
Pernyataan Huang mengajak kita untuk merenungkan ulang pentingnya pendidikan di bidang fisika dan ilmu dasar lainnya di tengah kemajuan teknologi yang pesat. Seiring perkembangan AI terus berlangsung, pemahaman tentang ilmu fisika kemungkinan akan menjadi kunci dalam menciptakan teknologi yang lebih inovatif dan efisien. Dengan demikian, tidak mengherankan jika banyak yang mulai menyadari perlunya pendekatan interdisipliner dalam pendidikan dan pengembangan teknologi di masa yang akan datang.
Server
Berita Olahraga
News
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Teknologi
Seputar Teknologi
Drama Korea
Resep Masakan
Pendidikan
Berita Terbaru
Berita Terbaru
Berita Terbaru
Lifestyle